Beginilah Caraku Tabah Oleh Legiman Partowiryo
Beginilah Caraku Tabah
Aku lupa cara menuang rasa
pada secangkir kopi
yang kau pesan dengan isyarat perpisahan
pasti dan perlahan
beku di pelupuk anak kerinduan
kau cairkan menjadi hujan
yang tak terpetakan
dengan gaduh yang tak lebih riuh
dari diam yang kau tinggalkan
bersama waktu yang biru
atau temaram lampu yang kian redup
menjadi sepi yang ditepian sebelah mana aku berdiri
tak jua aku mampu mengenali.
Mungkin kau ingin pulang
atau sekedar menjauh yang kejap
bahkan kedap terhadap raungku
yang meratap dan tersaji
bagai hidangan di meja sebuah kota yang gelap
kota yang kerlip lampu-lampunya
pernah kita anggap sebagai tetanda
bahwa hati yang luka mestilah dibalut
dengan suara yang lebih lembut dari asap.
Pulanglah, aku hanya akan mengeja
sendiri yang dulu pernah menemani
hanya berbeda kali ini
ada cerita yang tak ingin kulukai
dengan jujur yang terselubung
sedang kau tak jua mengenali.
Biarkan kupejam mataku yang buta
dimana anak darah menetes darinya lalu mengalir
di tengah embun pagi yang mengerumun
pada jendela kaca lalu memilih untuk pergi
saat matahari mulai meninggi.
Kekasih, mungkin kau lupa satu hal;
bahwa pilihanku tak pernah salah
memilih peran pada drama yang tersaji
bagi siapa saja yang ingin menikmati
katup bibirku yang basah merah
mengguman rasa yang tak pernah kuabaikan.