Jarak Oleh Sega Pradista

S

Jarak

© Sega Pradista

Dalam desir sunyi sepertiga terakhir
Angin berhembus menerjang dedaunan, dinginnya mencengkram
Mengeja yang kian meradang

Aku bersimpuh, lumpuh diatas sajadah
Bersujud terkatup bisu, kelu
Apa yang terjadi?
Derai arus air mata seakan berbicara, mewakilkan rasa
Lagi-lagi perihal seutas kerinduan, yang kembali menyapa

Diatas sajadah lusuh, kulabuhkan segenggam cinta
Untuknya yang beradu jarak
Terlerai bilah waktu, terbentur ruang panjang
Terhimpit pula oleh lembah bak samudra, berbingkai ruang khatulistiwa

Kini, ribuan aksara doa sejenak menyeru namamu
Membisik bumi, tersiar mengangkasa
Sekedar penepis kerinduan yang ada

Tengoklah sekejap, entah mengapa?
Semenjak kau hilang tak berjejak, kabar pun tak lagi terngiang
Jiwa ini menjadi berongga, gersang
Rembulan hilang ditelan awan, bintang pun engan menyinari
Cakrawala redup, hampa, sunyi tanpa cerita
Sungguh pilu dan memilukan, terpenjara dalam sangkar kerinduan

Tak terasa aku hanyut dalam arus air mata
Mengapa rindu tak kunjung reda?
Bayangmu manjelma, terus menerus menghantui
Haruskah kubuang bayangmu itu?
Sungguh aku tersiksa, terpaku sendu
Kapan rindu ini akan usai?
Kapan jiwa ini akan bersua?
Lantas, kapan jua hati ini akan seia sekata?

Akan ada saatnya, waktu berkata
Sehabis sujudku, sediam doaku
Ada jawaban kerinduan di penghujung sana
Semoga, syair doa ini menjadi kidung hati
Hiasan kalbu, pelengkap sepi
Dihadapan ilahii, tersuratkan namamu dan rinduku


Berapa nilai untuk puisi ini ?

Beri nilai dengan tap jumlah bintang dibawah ini. Dari kiri ke kanan 1 sampai 10

Average rating 9.8 / 10. Vote count: 4

Belum ada yang memberi nilai, jadilah yang pertama!

One comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *