Tanpa Judul Oleh Legiman Partowiryo
L
Tanpa Judul
© Legiman Partowiryo
Di halaman rumah yang mirip katedral itu aku membaca buku puisi, tapi yang kutemukan adalah kota-kota yang berarak di kepalaku dan saling bertolak belakang dengan awan yang ku anggap untuk lebih berhak begitu.
Sesekali muncul sepasang burung yang mungkin saja tersesat.
Untuk mengembalikan konsentrasiku, aku kembali ke halaman pertama buku itu. Yang terjadi justru lebih dari sekadar bencana; wajah-wajah yang mengasingkanku atas nama cinta dan aku tidak lagi mampu kembali ke halaman pertama pada buku yang masih jinak di atas telapak tanganku.
Barangkali itulah salah satu alasan mengapa puisi di ciptakan. Sebagai rumah untuk hati yang luka dan tersia-sia.