Tuntas Oleh anonym
Tuntas
naifmu kerap menumbangkan harap
yang kususun dalam riuhnya sunyi
mempasikan tiap laju darahku
kala mengingat garis wajah yang kau gores
dalam kanvas waktu dengan bintang yang paling cemerlang
yang kerap menyegarkan cerita yang kutanam dalam baris abjad
kusudahi puisiku bukan karena kutak jeli
memahami kondisi, maaf, kabar teramat cepat datang
dan menjadi sebab mengapa isyarat yang kuberi
berakhir dengan terlampau pasti
menghangatkan tiap inti dalam diri
menyudahimu dalam ingatan
datanglah dengan seribu Arjuna di belakangmu,
datanglah dengan ribuan pasopati di balik pesonamu
dan tak akan undur aku dari para ksatria yang menyusup
pada tiap helai rambut dan deru nafasmu
akan kupadamkan kenangan yang kau takik
melalui embun pagi yang menitis di kedua matamu
yang kerap membuat para ksatria gugur di padang kurusetra
dengan lesat panah yang ‘kan membakar bumi;
dengan api dari jiwa Wisanggeni
dan betapapun aku tak di ingini dunia,
dengan piawai, aku mampu memadamkan hasrat
meski masih serupa biji niat cukup dengan sekepal kisah
tentang redupnya matahari sebagai pertanda bahwa
selalu ada daya untuk mengharamkan puisi-puisiku
bagi para bidadari penghuni loka
maka, akan kuterima dengan tangan terbuka
dengan rasa yang paling lapang dalam dada
sumpah serapah seluruh umat manusia
karena akulah Ardalepa; senopati mahasakti
yang hanya akan mati karena keinginanku sendiri.